Isoniazid Adalah
Isoniazid adalah hidrazid dari asam isonikotinat yang merupakan suatu analog sintetik piridoksin. Isoniazid adalah obat anti-tuberkulosis yang paling poten, tetapi tidak pernah diberikan sebagai obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis aktif. Isoniazid secara invitro bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosit dengan konsentrasi hambatan minimum (KHM) sekitar 0,025 – 0,05 g/ml. Pembelahan kuman masih berlangsung 2-3x sebelum dihambat sama sekali. Efek bakterisidnya hanya terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Pada uji hewan, ternyata aktivitas isoniazid lebih kuat dari streptomisin. Bagaimana mekanisme kerja isoniazid??? Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui tetapi ada beberapa hipotesis yang diajukan. Ada pendapat bahwa efek utamanya adalah menghambat asam mikolat yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid kadar renadah mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstaksi oleh methanol dari mikobakterium. Untuk basil-basil yang berada dalam fase stationary. Obat isoniazid bersifat bakteriostatik, tetapi untuk organism yang sedang membelah diri secara cepat, isoniazid bersifat bakterisidal. INH efektif terhadap bakteri intraselular. Isoniazid khusus untuk pengobatan M.tuberkulosis, walaupun Mycobacterium kansasii resisten pada kadar obat yang lebih tinggi.Bagaimana PROFIL FARMAKOKINETIK DARI isoniazid???
Isoniazid
di absorpsi dengan mudah secara per oral. Kadar puncak dicapai dalam
waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Absorpsi akan terganggu jika
diminum bersama makanan, terutam karbohidrat atau antasida yang
mengandung aluminium. Di hati isoniazid terutama mengalami asetilasi dan
pada manusia kecepatan metabolisme isoniazid dipengaruhi oleh faktor
genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan
masa paruhnya. Asetilator cepat didapatkan pada orang-orang Eskimo dan
Jepang. Asetilator lambat terutama pada skandavia Yahudi dan Afrika
Utara. Fungsi ginjal yang sangat berkurang menyebabkan akumulasi obat
tersebut terutama pada asetilator lambat. Pada penderita yang tergolong
asetilator cepat, kadar isoniazid dalam sirkulasi berkisar antara 30-50%
kadar pada asetilator lambat masa paruhnya pada keseluruhan populasi
antara 1-3 jam. Masa paruh rata-rata pada asetilator cepat hamper 80
menit, sedangkan nilai 3 jam adalah khas untuk asetilator lambat. Masa
paruh obat ini dapat memanjang bila terjadi infusiensi hati. Penyakit
hati kronik akan mengurangi metabolisme dan dosis harus dikurangi. Perlu
ditekankan bahwa perbedaan kecepatan asetilasi tidak berpengaruh pada
efektifitas atau toksisitas isoniazid bila obat ini diberikan setiap
hari. Isoniazid mudah berdifusi kedalam sel dan ke semua cairan tubuh
dan bahan kaseosa (jaringan nekrotik yang seperti keju); kadarnya
didalam cairan kira-kira sama dengan kadarnya dalam serum. Obat terdapat
dengan kadar yang cukup dalam cairan pleura dan cairan asites. Kadar
dalam cairan serebrospinal kira-kira 20% kadar dalam cairan plasma.
Kadar obat ini pada mulanya lebih tinggi dalam plasma dan otot daripada
dalam jaringan yang terinfeksi, tetapi kemudian obat tertinggal lama di
jaringan terinfeksi dalam jumlah yang lebih dari cukup sebagai
bakteriostatik. Antara 75-95% isoniazid diekskresikan melalui urine
dalam waktu 24 jam dan seluruhnya dalam bentuk metabolit. Ekskresi
terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan metabolit proses
asetilasi, dan asam nikotinat yang merupakan metabolit proses
hidrolisis. Sejumlah kecil dieksresi dalam bentuk isonikotinil glisin
dan isonikotinil hidrasion dan dalam jumlah yang sangat kecil sekali
berupa N-metil isoniazid Jaringan yang terinfeksi cenderung menahan obat
lebih lama. Obat tersebut mudah menembus sel-sel dan efektif terhadap
basil-basil yang sedang tumbuh dalam sel. INH mengalami N-asetilasi dan
hidrolisis, yang menghasilkan produk-produk tidak aktif. Ekskresi
melalui filtrasi glomerular, terutama dalam bentuk metabolit. Asetilator
lambat mengekskresikan lebih banyak “parent-compound” nya. INH juga diekskresikan kedalam air ludah ,sputum dan susu.
APAKAH DAPAT TIMBUL RESISTENSI isoniazid???
Resistensi
berhubungan dengan ketidak-mampuan organisme untuk menimbun obat
tersebut. Juga terdapat bukti yang menyokong bahwa enzim target bisa
berubah sehingga tidak mengikat isoniazid atau mungkin juga enzim
tersebut dihasilkan dalam jumlah yang berlebihan sehingga obat tidak
cukup. Tidak ada resistensi silang antara isoniazid dengan obat-obat
antituberkulosis lainnya. Bila digunakan tersendiri, organisme yang
resisten akan timbul dengan cepat.
Efek samping apa yang ditimbulkan isoniazid???
Isoniazid
menimbulkan efek samping yang cukup rendah kecuali karena alergi,
efek-efek tak diinginkan tersebut berkaitan dengan dosis dan lama
pemakaian obat. Berikut adalah efek samping yang ditimbulkan isoniazid
yaitu:
a. Neuritis perifer
adalah
efek samping yang paling sering timbul karena efisiensi piridoksin yang
relative. Ini disebabkan karena suatu kompetisi INH dengan piridoksal
fosfat untuk enzim apotriptofanase. Sebagian besar reaksi toksik
diperbaiki dengan penambahan piridoksin. (catatan : INH dapat mencapai
konsentrasi dalam air susu ibu yang cukup tinggi untuk menyebabkan suatu
defisiensi piridoksin pada bayi kecuali si ibu diberikan vitamin
tersebut).
b. Hepatitis dan Hepatotoksisitas Idiosinkrasi
hepatitis
yang kemungkinan fatal adalah efek samping INH yang paling berat. Telah
disarankan bahwa ini disebabkan oleh suatu metabolit toksik
monoasetilhidrazin ynag terbentuk selam metabolism INH. Kejadian
meningkat pada penderita-penderita dengan bertambahnya usia, juga pada
penderita-penderita yang mendapatkan rifampisin atau diantara mereka
yang minum alkohol setiap hari.
C. Efek Samping Lainnya
Abnormalitas
mental, kejang-kejang pada penderita yang mudah kejang dan neuritis
optikus telah dilaporkan. Reaksi-eaksi hipersensitivitas seperti ruam
dan demam.
Interaksi obat
INH
dapat memperkuat efek samping fenitoin ( misalnya nistagmus, ataksia)
sebab INH menghambat metabolisme fenitoin. Resiko terutama terdapat pada
penderita asetilator lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar