Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas 5 golongan obat:
- Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine, Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine.
- Dyphenilalkilamine : Verapamil dll
- Benzotiazepin : Diltiazem dll,
- Piperazine : Sinarizine dll,
- Lain-lain : Bepridil dll.
Berdasarkan
lama kerjanya, CCBs dibedakan menjadi short acting (mula kerjanya
cepat, tetapi masa kerjanya pendek) dan long acting ( mula kerjanya
lebih lambat, tetapi masa kerjanya panjang)
Beberapa tipe penyekat-kanal-kalsium adalah tipe L (tempat
ditemukan: Otot,saraf), tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N
(tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat ditemukan saraf purkinje
serebral).
Cara kerja CCB tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot
jantung dan otot polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah
dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan dyhidropyridine lainnya terdapat pada
satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga mengadakan ikatan pada
reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan
obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan
dyhidropyridine. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena
terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer
maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener
nifedipin yang secara optis aktif.
Penyekatan oleh obat tersebut menyerupai penyekatan pada kanal natrium oleh anastetika lokal : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler.
Penyekatan oleh obat tersebut menyerupai penyekatan pada kanal natrium oleh anastetika lokal : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler.
Respons otot polos terhadap
aliran masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan reseptor juga
menurun pada penggunaan obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan
tersebut berubah secara parsial dengan peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun
kadar kalsium yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Penyakatan
juga dapat berubah secara parsial dengan penggunaan obat yang dapat
meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti simpatomimetika.
Beberapa CCBs berbeda dalam hal lama kerjanya, proses eliminasi dari tubuh, dan paling penting, dalam kemampuannya untuk mempengaruhi denyut dan kontraksi jantung. Sebagai contoh amlodipine mempunyai sangat sedikit efek pada denyut dan kontraksi jantung, sehingga aman untuk digunakan pada penderita gagal jantung atau bradycardia (denyut jantung yang perlahan).
Verapamil dan diltiazem mempunyai efek-efek yang paling besar pada jantung dan mengurangi kekuatan dan angka dari kontraksi. Oleh karenanya, mereka digunakan dalam mengurangi denyut jantung ketika jantung berdenyut terlalu cepat.
Nifedipin, verapamil dan diltiazem mudah larut dalam lemak, mudah diabsorbsi pada pemberian per oral dan sublingual (di bawah lidah)
Indikasi CCBs
- merawat tekanan darah tinggi,
- angina,
- irama-irama jantung yang abnormal (contohnya, atrial fibrillation, paroxysmal supraventricular tachycardia).
- digunakan setelah serangan jantung, terutama diantara pasien-pasien yang tidak dapat mentolerir obat-obat beta-blockers, mempunyai atrial fibrillation, atau memerlukan perawatan untuk angina.
Mereka juga digunakan untuk merawat:
- pulmonary hypertension,
- Raynaud's syndrome,
- cardiomyopathy, dan
- subarachnoid hemorrhage.
- CCBs juga digunakan dalam pencegahan sakit-sakit kepala migrain.
- Efek-efek sampingan yang paling umum dari CBs adalah sembelit, mual, sakit kepala, ruam, edema (pembngkakan kaki-kaki dengancairan), tekanan darah rendah, keadaan mengantuk, dan kepusingan.
- Disfungsi hati dan pertumbuhan lebih dari gusi-gusi mungkin juga terjadi. Ketika diltiazem (Cardizem) atau verapamil (Calan, Isoptin) diberikan pada individu-individu dengan gagal jantung, gejala-gejala dari gagal jantung mungkin memburuk karena obat-obat ini mengurangi kemampuan dari jantung untuk memompa darah.
- Seperti obat-obat tekanan darah lain, CCBs dihubungkan dengan disfungsi seksual.
Interaksi Obat
CCBs yang sering berinteraksi dengan obat lain antara lain adalah verapamil (Calan, Isoptin) atau diltiazem (Cardizem). Interaksi terjadi karena verapamil dan diltiazem mengurangi eliminasi dari sejumlah obat-obat oleh hati. Melalui mekanisme ini, verapamil dan diltiazem akan mengurangi eliminasi dan meningkatkan kadar carbamazepine, simvastatin, atorvastatin, dan lovastatin. Ini dapat menjurus pada keracunan dari obat-obat ini.
Grapefruit juice (kira-kira 200 ml) mungkin meningkatkan konsentrasi-konsentrasi serum dari felodipine, verapamil, nisoldipine, nifedipine, nicardipine, dan kemungkinan amlodipine. Grapefruit juice harus tidak dikonsumsi dalam waktu 2 jam sebelum atau 4 jam setelah mengkonsumsi CCBs yang dipengaruhi.
Hindari alkohol, karena mengganggu efek calcium channel blockers dan meningkatkan efek samping.
Perhatian dan Peringatan
- Pemakaian pada Ibu Hamil dan Menyusui
Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengkonsumsi calcium channel blockers selama kehamilan . Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa CCBs dapat menyebabkan cacat lahir dan bahkan bayi lahir mati.
Obat ini juga dapat masuk ke dalam ASI, namun tidak berpengaruh pada bayi yang disusui telah ditemukan.
- Pemakaian pada Anak-anak
Keamanan CCBs pada anak-anak belum ditetapkan, namun, sampai saat ini tidak ditemukan adanya masalah. Diskusikan risiko dan manfaat dari pemberian CCBs pada anak.
- Pemakaian pada Orang Lansia
Orang lansia memiliki efek samping yang lebih banyak terhadap CCBs daripada orang yang lebih muda. sehingga, dosis yang lebih rendah sering dianjurkan.
Preparat yang tersedia
a) Amilodipine
b) Diltiazem
c) Felodipine
d) Nifedipine
e) Nimodipine
f) Isradipine
g) Nisoldipine
h) Verapamil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar