INTERAKSI
OBAT DENGAN HASIL LABORATORIUM
Penyebab terjadinya gangguan interaksi obat dengan hasil laboratorium
•Gangguan secara reaksi kimia
•Jika obat bertindak sebagai akselerator/inhibitor
•Gangguan secara fotometrik
Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat mengubah akurasi diagnostik tes sehingga dapat terjadi positif palsu/negatif palsu. Hal ini dapat terjadi karena interferensi kimia.
1. Laksatif antrakuinon dengan uji urin.
Laksatif antrakuinon dapat mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen/ oleh perubahan & zat yang diukur. Apabila mengevaluasi status kesehatan pasien apoteker harus mempertimbangkan efek terapi obat pada hasil uji diagnostik.
2.Laksatif antrakuinon dengan tes tiroid
Laksatiff antrakuinon dapat mempengaruhi hasil tes yang dilakukan tidak akurat, dengan efek toksik yang dihasilkan jika digunakan.
3.Asam aksorbat dosis besar dapat mempengaruhi teknis analisis
- sumber interaksi dalam pengukuran glukosa, Hb, dan nitrat
- mempengaruhi analisis darah dalam feses à negatif palsu
4.
Kontrasepsi oral mempengaruhi ± jenis tes laboratorium
IO
DENGAN UJI LAB
Alkaline
Fosfatase
-Merupakan senyawa enzim yang dibuat di liver, tulang dan plasenta dan biasanya ada dalam konsentrasi tinggi pada saat pertumbuhan tulang dan di dalam empedu. Enzim ini menghidrolisis ester fosfat dalam medium alkali.
•Alkaline fosfatase dilepaskan ke dalam darah pada saat luka dan pada aktivitas normal seperti pada pertumbuhan tulang dan pada saat kehamilan. Tingginya tingkat alkalin fosfat dalam darah mengindikasikan adanya penyakit dalam tulang atau liver dan konsentrasi akan meningkat jika terjadi obstruksi aliran empedu.
•Tes untuk alkalin fosfat dikerjakan untuk mendiagnosa penyakit-penyakit liver atau tulang, atau untuk melihat apakah pengobatan untuk penyakit tersebut bekerja.
•Uji alkalin fosfat ada dalam tes darah rutin, termasuk dalam bagian tes fungsi liver. Kisaran normal alkallin fosfat dalam darah adalah 44 – 147 IU/L.
•Parasetamol
meningkatkan angka alkali fosfat.
MK : pct dapat mengganggu metabolisme sel hati yang dapat menyebabkan nekrosis. Terjadinya nekrosis ini akan meningkatkan angka alkalin fosfotase.
BILIRUBIN
FENOBARBITAL
Meningkatkan aktivitas glukoronil transferase (enzim yang digunakan pada konyugasi dengan asam glukuronat shg dengan cepat diekskresi melalui empedu dan urin)
Akibatnya, kadar bilirubin menurun.
Estrogen, steroid anabolik
Hiperbiliruninemia, terjadinya gangguan transfer bilirubin melalui membran hepatosit yang shg terjadi retensi bilirubin dalam sel à kadar bilirubin meningkat.
Obat dgn mekanisme sama = halotan (anestetik), isoniazid, dan klorpromazin.
GLUKOSA
ATENOLOL
Menurunkan konsentrasi glukosa.
Menghambat glikogenesin di sel hati dan otot rangka shg mengurangi efek hiperglikemia dari epinefrin yang dilepaskan oleh adanya hipoglikemia shg kembalinya kadar gula pada hipoglikemia diperlambat.
Kortikosteroid (gol. Glukokortikoid)
Menurunkan konsentrasi glukosa.
Meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi panggunaan glukosa di jaringan perifer dgn cara menghambat uptake dan penggunaan glukosa oleh jaringan mungkin melalui hambatan transporter glukosa.
Blood
Urea Nitrogen (BUN)
BUN adalah konsentrasi urea pada plasma atau darah yang merupakan indikator penting fungsi ginjal. Tes ini digunakan untuk melihat apakah ginjal bekerja dengan baik/tidak dimana pada fungsi ginjal normal, kadar urin nitrogen adalah 3,6 – 7,1 mmol/L atau 10-20 /dL. BUN test dilakukan dengan mengukur jumlah nitrogen yang berada dalam darah yang berasal dari urea.
Furosemid
Meningkatkan BUN.
MK : furosemid (gol. diuretik kuat) dapat menyebabkan ekskresi glomerular sodium dan air yang tinggi (20-30%), shg menyebabkan dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi maka aliran darah ke ginjal berkurang.
Vankomisin
Meningkatkan BUN.
MK : vankomisisn dapat menyebabkan ginjal tidak bekerja dengan baik, pengeluaran urea nitrogen menjadi terhambat sehingga kadarnya dalam darah meningkat.
Piroksikam
Sedikit dapat meningkatkan kadar
MK : penghambatan sintesis prostaglandin oleh obat ains
KOLESTEROL
Vitamin
C dosis tinggi Menurunkan kadar kolesterol.
MK :
- Memperlebar arteri shg memperkecil deposit kolesterol pada dinding arteri
- meningkatkan aktifitas fibrinolisis, yang bertanggungjawab untuk memindahkan penumpukan kolesterol dari arteri
- mengeliminasi kelebihan kolesterol dalam aliran darah dengan membawa ke empedu
Trigliserida
METFORMIN
- MK : metformin dapat menurunkan absorbsi glukosa dari saluran lambung-usus
- Metformin hanya mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal.
Kreatinin Serum
Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Normalnya kadar kreatinin dalam darah 0,6 – 1,2 mg/dl. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin darah bisa meningkat.
Obat Golongan
AINS
- obat golongan ini : diklofenak, indometasin, asetosal, ibuprofen, piroksikam, asam mefenamat, ketoprofen, naproksen, meloksikam, oksaprozin, dll.
- obat golongan ini dapat menyebabkan resiko menurunnya fungsi ginjal, shg dapat menyebabkan meningkatnya kadar kreatinin dalam darah.
Amfoterisin B
- Amfoterisin B dapat menyebabkan penurunan filtrasi glomerulus yang juga berakibat pada penurunan fungsi ginjal, shg dapat menyebabkan kadar kreatinin dalam darah meningkat.
Transaminase
•Untuk mendeteksi adanya kerusakan hati, pemeriksaannya dengan pengukuran SGOT dan SPGT. Keduanya terdapat dalam sel hati dalam jumlah yang besar dan ditemukan dalam serum dalam jumlah yang kecil. Kadarnya dalam serum akan meningkat ketika sel rusak atau membran sel terganggu.
SGOT
(Serum Glutamat Oksaloasetat Trans)
•Obat yang dapat meningkatkan nilai SGOT : antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vit.A), anti hipertensi (metildopa, guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam, indometasin, isoniasid, rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular.
•Isoniazid
Isoniazid dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat terjadinya nekrosis multilobular. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transiminase.
•Obat yang dapat meningkatkan nilai SGOT : antibiotik, narkotik, vitamin (asam folat, piridoksin, vit.A), anti hipertensi (metildopa, guanetidin), teofilin, golongan digitalis, kortison, flurazepam, indometasin, isoniasid, rifampisin, kontrasepsi oral, salisilat, injeksi intramuskular.
•Isoniazid
Isoniazid dapat menimbulkan ikterus dan kerusakan hati yang fatal akibat terjadinya nekrosis multilobular. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transiminase.
SGPT
(Serum Glutamat Piruvat Transaminase)
•Obat yang dapat meningkatkan SGPT : antibiotik, narkotik, metildopa, guanetidin, sediaan digitalis, indometasin, salisilat, rifampisin, flurazepam, propanolol, kontrasepsi oral, timah, heparin.
•Rifampisin
MK : rifampisin dapat meningkatkan hepatotoksik shg menyebabkan peningkatan aktivitas enzim transaminase.